Sabtu, 13 Februari 2016

Pekerjaan Impian



Suatu hari bersama dengan ibu saya pergi ke Jogjakarta untuk mengunjungi salah satu saudara. Sampai di Jogjakarta mampirlah kami ke sebuah warung bakmi jawa di sekitar Pura Pakualaman Jogja. Sambil menunggu pesanan datang kami mendengarkan lagu lagu keroncong yang dibawakan sekelompok pengamen. Bukan pengamen sembarang pengamen yang hanya menyanyikan sebait lagu yang kemudian pergi setelah mendapatkan recehan dari pengunjung, melainkan istilah saya pengamen profesional dengan suara merdu dan seperangkat alat musik keroncong yang lumayan lengkap. Selintas terbersit dalam pikiran saya “betapa menyenangkannya pekerjaan mereka, setiap hari bernyanyi, melakukan hal yang mereka sukai sebagai pekerjaan mereka”. Pertanyaan saya kemudian muncul, jika setiap hari mereka bekerja menghibur pengunjung yang mampir untuk bersantap malam, disamping pasti juga menghibur diri sendiri dengan nyanyiannya, pernahkah mereka bersedih dengan pekerjaannya? Pernahkah mereka mengeluh dengan pekerjaan mereka?”. Sampailah saya pada sebuah pikiran, betapa menyenangkannya menjadikan hobi sebagai pekerjaan. Pertanyaannya kemudian saya kembalikan kepada saya sendiri. Apakah saya mengeluh dengan pekerjaan yang saat ini sedang saya lakukan? Apa sebenarnya pekerjaan yang saya inginkan? Dan apakah saya cukup bahagia dengan pekerjaan saya yang sekarang? Kita simpan dulu pertanyaan pertanyaan itu.
Bicara soal pekerjaan, saya teringat mempunyai seorang kawan. Dalam waktu 2 tahun sejak saya mengenalnya, sudah 3 kali ia berpindah pekerjaan. Ketika ditanyakan mengapa berpindah pindah pekerjaan? Ia menjawab “yaa tidak cocok saja”. Jika memang seperti itu, kemudian muncul pertanyaan dalam benak saya, “Apa yang menjadi pertimbangan seseorang untuk memutuskan bekerja pada sebuah perusahaan atau mengambil profesi tertentu?”. Pendapatan? Fasilitas? Lingkungan kerja? Atau pekerjaannya?
Dalam lingkungan perusahaan dikenal survey engagement, dilakukan untuk mengukur tingkat keterikatan karyawan dengan perusahaannya. Dari pengamatan saya selama berinteraksi dengan teman teman di kantor, saya berkesimpulan bahwa sebenarnya engagement terhadap perusahaan itu sangat berkaitan erat dengan alasan ia bekerja pada perusahaan. Engagement paling lemah muncul apabila seseorang hanya bekerja untuk mengejar pendapatan semata. Saat ada perusahaan lain menjanjikan pendapatan yang lebih baik, orang ini akan dengan mudah beralih loyalitasnya kepada perusahaan lain. Belum lagi jika ternyata pekerjaannya yang saat ini bukan bidang yang ingin ia tekuni. Lebih mudah lagi seseorang akan pindah pekerjaan. Engagement selanjutnya menurut saya akan muncul jika fasilitas yang diberikan kepada karyawannya cukup memadahi. Fasilitas kesehatan, transportasi, akomodasi menjadi faktor yang cukup diperhitungkan bagi karyawan yang akan memberikan loyalitasnya kepada sebuah perusahaan. Sama halnya dengan engagement yang pertama, jika ada tawaran yang lebih menarik dari perusahaan lain, orang ini juga akan lebih memilih untuk pindah pekerjaan. Engagement tingkat selanjutnya akan terbentuk dari lingkungan kerja yang menyenangkan. Apabila seseorang mendapatkan engagement dengan perusahaannya dengan cara ini, ia akan bekerja dengan lebih baik. Tidak mudah pula mendapatkan suasana dan lingkungan kerja yang sama di tempat yang lain. Ketiga engagement tersebut dihasilkan dari sisi perusahaan. Namun tingkat engagement yang terakhir ditentukan oleh karyawan sendiri yaitu seberapa besar karyawan menyukai pekerjaannya. Seseorang yang menyukai bahkan mencintai pekerjaannya akan memberikan yang terbaik karena itulah memang yang menjadi passion mereka.
Secara sederhana saya dapat sampaikan passion adalah sesuatu hal yang kita sangat suka bahkan saat kita lakukan waktu menjadi terasa sangat cepat. Pernahkah kita harus melakukan sesuatu hal yang tidak kita suka? Berpidato di depan publik misalnya bagi yang tidak suka berbicara didepan publik. Waktu 5 menit saja akan terasa lama sekali berlalu. Namun berbeda halnya bagi orang yang memang suka untuk berbicara di depan publik. Waktu 5 menit sangat cepat berlalu bahkan mungkin kurang baginya. Itulah passion. Apabila kita melakukan pekerjaan yang menjadi passion kita, seperti halnya pada awal tulisan ini pengamen profesional yang setiap hari menghibur pengunjung, betapa menyenangkan pekerjaan kita. Pernahkah kita melihat seseorang yang tahan untuk bekerja selama berjam jam? Seorang lawyer misalnya dengan jam kerja yang tidak menentu, atau seorang auditor yang bekerja sampai jauh larut malam? Bila orang orang tersebut tidak pernah mengeluhkan pekerjaan mereka, maka itulah passion mereka. Namun bila setiap hari orang ini mengeluh, maka bisa jadi ia belum menemukan pekerjaan yang tepat baginya.
Bagaimana dengan saya? Menjawab pertanyaan di awal tulisan ini saya sampaikan saya orang dengan latar belakang hukum. Bekerja di bidang hukum di sebuah BUMN menjadi keinginan saya mengingat dunia praktik hukum di Indonesia ini kata orang “Ngeri-ngeri sedap”. Maka itulah yang sedang saya lakukan. Saya cukup bahagia dengan pekerjaan yang sedang saya lakukan sehingga saya belum terpikir untuk berpindah pekerjaan. Bagaimana dengan anda? Pilihannya saya rasa hanya dua, sukai apa yang anda kerjakan, atau kerjakan apa yang anda sukai. Jadi? Sudahkah anda menemukan pekerjaan idaman anda?


Jakarta, 13 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar