Minggu, 14 Februari 2016

Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

Pernahkah kita merasa sudah berupaya maksimal namun masih ada saja pihak yang tidak menghargai upaya kita? Atau pernahkah kita mendapatkan pertanyaan pertanyaan yang menurut kita agak mengganggu? Kapan lulus? Kapan nikah? Kapan punya anak? Dan pertanyaan lain yang kita rasa mengganggu. Atau jangan jangan kita sendiri yang suka menanyakan pertanyaan seperti itu? Atau terkadang kita mencela upaya orang lain yang menurut kita biasa biasa saja atau bahkan menurut kita buruk? Saat akan menanyakan pertanyaan semacam itu atau melontarkan komentar yang sekiranya kurang baik, pernahkah kita melihat secara utuh keadaan korban pertanyaan atau celaan kita? Misalnya saat bertanya kapan lulus/wisuda? Pernahkah terpikir seberapa rumit skripsi/thesis yang sedang diambilnya? Atau saat bertanya kapan punya anak? Pernahkah kita terpikir bahwa mereka sedang mengupayakannya? Atau jika ada kondisi kondisi tertentu yang ternyata belum memungkinkan sehingga pertanyaan kita justru akan menyinggung perasaannya?
Nampaknya sudah menjadi budaya bangsa kita untuk sekedar basa-basi sekedar mencari bahan obrolan. Nampaknya juga sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat kita untuk menghakimi seseorang dengan mendengar cerita bahkan cerita dari orang lain. Belum menjadi budaya tampaknya untuk bertabayun atau mengkonfirmasi. Entah apakah pertanyaan pertanyaan atau judgement yang diberikan masyarakat kita juga diberikan dalam budaya masyarakat bangsa lain. Bisa jadi adat ketimuran yang masih kental dalam masyarakat kita yang guyub memang berbudaya seperti itu. Berbeda dengan budaya di luar yang lebih individualis.
Saya jadi ingat dulu di bangku kuliah, saat mengikuti training motivasi saya diajarkan untuk berusaha mengerti sebelum dimengerti. Artinya cobalah untuk mengerti keadaan orang lain terlebih dahulu sebelum kita minta untuk dimengerti orang lain. Berusahalah mengerti kondisi lawan bicara kita. Hindari pertanyaan pertanyaan yang sekiranya sebenarnya kita tidak tahu bagaimana kondisi hal yang kita tanyakan. Apalagi hanya bermaksud untuk mencari bahan pembicaraan. Hindari pula judgement judgement yang sebenarnya kita tidak tahu kondisinya sama sekali. Berusahalah mengerti sebelum kita minta untuk dimengerti.
Namun hidup dalam masyarakat kita artinya juga harus siap untuk menghadapi pertanyaan pertanyaan atau judgement judgement demikian. Apakah pertanyaan dan judgement itu akan menghambat kita? Membuat kita galau berhari hari dengan memikirkannya? Saya sarankan untuk tidak terlalu memikirkannya. Kita sendiri yang menjalani hidup. Rasanya sudah banyak hal yang harus kita pikirkan daripada memikirkan pertanyaan dan judgement orang lain. Pertanyaan itu akan berlalu begitu saja. Pun tidak ada kepentingan orang yang bertanya dengan pertanyaannya. Berhentilah bertanya dan menghakimi seperti itu dan bersiaplah untuk mendapatkan pertanyaan seperti itu. Jangan ijinkan pertanyaan tidak produktif seperti itu menghambat kita dengan merasa sedih dan gusar. Anjing menggonggong kafilah berlalu.

Jakarta, 14 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar